Jangan malas baca, ya Telusuri!

Cerita Pendek : HIDUP DIZAMAN TAK ADIL. Novel Sejarah Original

Contoh Teks Novel Sejarah : HIDUP DIZAMAN TAK ADIL. Novel Sejarah Original 


Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika Ada Kesamaan Nama Tokoh, Tempat Kejadian Ataupun Cerita, Itu Adalah Kebetulan Semata Dan Tidak Ada Unsur Kesengajaan

HIDUP DIZAMAN TAK ADIL


Matahari tersenyum terang memancarkan kilauannya hingga membentuk banyak bayangan asri pepohonan, di situlah Toni duduk memandangi para pekerja lalu lalang melewatinya. “Bisa saya bantu, bu?” ucap Toni, “tidak usah repot-repot nak” balas Nek Uut, kemudian memulai kembali langkah kakinya. “Pulanglah” teriak Nek Uut. Toni berdiri dan kembali membawa rantang yang berisi sisa makanan yang dibawakannya untuk sang nenek tercinta. Disepanjang jalan ia berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan uang untuk membantu kebutuhan ia dan neneknya di rumah, jika dihitung-hitung penghasilan neneknya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ia bahkan mereka berdua.

Suatu hari yang terik ini ia berjalan kembali ke rumahnya, entah mengapa pandangannya tertuju pada kebun rambutan di pinggir jalan yang tak terurus. Sejenak Toni berpikir apakah kebun ini tak mempunyai majikan?. Kemudian ia berkeliling kebun dan menemui sebuah pohon yang berbuah matang, namun tidak ada yang memetiknya hingga banyak buah yang dipenuhi ulat dan bekas gigitan hewan mamalia yang dapat terbang. Toni memakan beberapa buah rambutan dan memetik beberapa ikat buah tersebut untuk dibawanya ke rumah nanti.

Di malam yang gelap dan sunyi ini dengan ditemani beberapa ekor suara jangkrik, Nek Uut menghampiri Toni yang sedang duduk santai dengan segelas kopi hitam pahit di depan rumahnya. “Dari mana asalnya buah rambutan itu?apakah kau mencuri?” tanya Uut dengan tegas kepada cucunya. “Tenang dulu nek, Toni akan menjelaskan semuanya” ia menjelaskan dari awal hingga akhir. Namun ekspresi yang diapat tidak seperti dugaanya, terlihat jelas mimik wajah Uut terlihat gelisah dan takut. “Berdoalah kalau besok kau akan selamat” ucap Uut dan kembali masuk ke dalam kamarnya.

Sepulangnya Toni dari mesjid sehabis salat subuh, Toni terkejut dengan dua laki-laki berbadan besar dan berotot menggedor rumah Toni yang sudah rusak di beberapa sudut pintunya. Toni berlari dan bertanya “Ada maksud apa kalian ke rumahku?” tanpa mendengar jawaban dari dua laki-laki tersebut, ia lekas bergegas masuk dan mencari keberadaan neneknya. Alangkah terkejutnya Toni menemukan neneknya dalam keadaan menagis dan langsung memeluk sang cucu. “Larilah sejauh mungkin, sekarang!” teriak Uut “semoga kau menjadi dan mempunyai keturunan yang kaya.”

Walau penuh pertanyaan di benaknya, ia segera mengikuti perkataan sang nenek dan berlari sejauh mungkin dari desa tersebut. Berjam-jam ia bermain kucing-kucingan dengan beberapa orang suruhan yang tak lain adalah dari pemilik kebun rambutan yang pernah ia curi sebelumnya. Namun Toni berhasil bersembunyi di dalam mobil pick up yang berisi banyak sayuran untuk diangkut ke kota.

Nenek Uut menangis setelah dirinya dibawa ke kantor polisi dan diintrogasi. Usut punya usut kalau seseorang melihat Toni sedang mencuri buah rambutan di kebun Pak Podi. Uut diminta keterangan mengenai cucunya tersebut namun ia bungkam dan malah mengatakan kalau cucunya mengira kalau kebun tersebut sudah tidak terpakai lagi. Uut bersujud dihadapan Pak Podi dan meminta ampun atas kesalahan cucunya itu. Namun Pak Podi meminta kalau kasus ini harus ditindak lanjuti.

Sebagai gantinya ia dijatuhi pasal 362 KUHP atas pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh juta rupiah. Uut berkata “Ini sungguh tidak adil, aku hanya membela cucuku yang hanya mengambil beberapa ikat buah di kebun yang sudah tidak terurus, mengapa hukumanku sangat berat.” Ia berkata sambil menangis, “aku bukan seorang tikus berdasi yang mencuri uang rakyat dengan sengaja untuk kepentingan pribadi.” Tegas Uut. Semua orang terdiam di persidangan, Ia hanya bisa pasrah setelah dijatuhi hukuman namun ia juga tidak bisa melawan, karena dirinya tidak mempunyai uang untuk menyewa seorang pengacara.

Sebulan semenjak kejadian itu Toni tidak tahu bagaimana kabar neneknya di desa seorang diri, ia bahkan sekarang bekerja di pasar menjadi buruh angkut sayur setiap harinya.


~~TAMAT~~

Pengarang Fikri Haikal
Instagram @haifikri12

YUK, Bagikan juga cerita hasil karanganmu di CariPengetahuan-Id. Caranya, kirim file karangan kamu dalam bentuk word atau Pdf ke email waloohcorp@gmail.com. Dan jangan lupa cantumkan juga URL instagran atau sosial media lainya. Terimakasih...

Salam Pengetahuan 😆

About the Author

Tak Disebutkan

Post a Comment

Nambah ilmu setelah membaca? Yuk, tulis komentar mu!
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.